PASANG SURUT INDUSTRI PAYUNG GEULIS PANYINGKIRAN TASIKMALAYA PADA KURUN WAKTU 1930 - 2007

Fadilla Febrianty Nitami, Nasya Nabila Emil, Thomas Megantara, ILHAM ROHMAN RAMADHAN

Abstract


Kerajinan payung geulis merupakan salah satu kearifan lokal Tasikmalaya yang harus tetap dilestarikan. Walaupun sekarang payung geulis sepi peminat karena sudah tergantikan oleh payung yang lebih modern, minimnya promosi, dan minimnya bantuan dari pemerintah. Akan tetapi, di Tasikmalaya masih ada pengrajin-pengrajin payung geulis yang tetap beroperasi, salah satu contohnya masih ada beberapa pengrajin payung geulis di Kampung Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Maka berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik mengkaji tentang perkembangan industri payung geulis di Kampung Panyingkiran yang dapat bertahan melewati arus modernisasi dan perubahan ekonomi pada kurun waktu 1930 hingga 1998. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, pengamatan secara langsung, dan pengambilan sumber-sumber tertulis berupa arsip, buku serta penelitian-penelitian terkait. Hasil dari penelitian ini menerangkan bahwa industri payung geulis di Panyingkiran dimulai terhitung sejak 1930-an. Payung geulis pernah mengalami masa kejayaan tahun 1950 dan 1995. Pada masa jayanya, hampir setiap rumah menjadi pengrajin payung geulis dan permintaan payung geulis sangat tinggi, bahkan sepanjang jalan dipenuhi oleh payung yang dijemur. pernah juga mengalami masa surut pada masa ekonomi terpimpin jelang 1960 serta saat krisis moneter 1997-1998 yang berdampak pada industri payung geulis. Sejak saat itu berguguran pengusaha payung geulis hingga hari ini hanya tersisa 5 kelompok pengrajin saja. payung geulis ternyata dapat bertahan ditengah banyak bermunculannya payung modern, karena payung geulis memiliki sisi khas tersendiri. Selain itu, para pengrajin mulai mencoba menawarkan payung geulis melalui media online, dan ini terbukti ampuh dan mampu membangkitkan kembali usaha mereka walau tanpa dukungan dari pemerintah.

 


Keywords


Industri, Kerajinan, Local Indigenous, Panyingkiran, Payung Geulis, Tasikmalaya

Full Text:

PDF

References


Juwita, N. (2014). Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya. Universitas Pendidikan Indonesia.

BI. (2008). History Of Bank Indonesia: Monetery Period From 1959-1966. Jakarta.

Boediono. (2017). Ekonomi Indonesia Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Mizan.

Gie, K. K. (2011). Era Orde Baru: Sebuah Refleksi. [online] Retrieved from kwikkiangie.com website: http://kwikkiangie.com/v1/2011/03/era-orde-baru-sebuah-refleksi-artikel-1/

Hadian. (2019). Pendataan Kemajuan Kebudayaan Daerah Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya: Dinas Kepemudaan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tasikmalaya.

Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Larasati, D. (2018). Globalisasi Budaya dan Identitas: Pengaruh dan Eksistensi Hallyu (Korean Wafe) Versus Westernisasi Indonesia. Hubungan Internasional, 11(1), 109–120.

Leirissa, R. Z. (2012). Sejarah Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Mahzuni, D. (2017). Pengembangan Kerajinan Tangan Berbasis Kearifan Lokal Budaya Di Pakenjeng Kabupaten Garut. Aplikasi Ipteks Masyarakat, 6(2), 101–105.

Nurcahyo, B. (2013). Perancangan media promosi payung geulis Tasikmalaya. Universitas Komputer Indonesia.

Sofyan, A. N. (2008). Kerajinan Payung Geulis sebagai Kearifan Lokal Tasikmalaya. Panggung, 28(4).

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Jurnal ini terindeks oleh: