PENINGKATAN NILAI TAMBAH SUSU KAMBING ETAWA DI UM PUREFRESH KABUPATEN CIAMIS

Dwi Apriyani, Randi Muchariman, Joni Joni, Trisna Wijaya

Abstract


 

Abstrak

Resiko kontaminasi bakteri yang mudah terjadi pada susu kambing segar menjadi alasan utama Purefresh melakukan proses pengolahan. Proses pengolahan juga diketahui dapat meningkatkan nilai tambah produk sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Namun demikian, Purefresh belum melakukan analisis nilai tambah sehingga tidak mengetahui seberapa besar nilai guna yang sudah diperoleh atas pengolahan yang telah di lakukan pada susu kambing pasteurisasi. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis nilai tambah produk susu pasteurisasi pada UM Purefresh. Metode penelitian menggunakan purposive sampling. Responden penelitian adalah seluruh pegawai di Purefresh. Metode pengambilan data menggunakan deep interview (wawacara mendalam) dan observasi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode Hayami. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penerimaan Purefresh dalam satu minggu mencapai Rp 1.250.000 untuk 5 hingga 6 kali siklus produksi. Besarnya nilai tambah yang diperoleh Purefresh dari pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi yaitu sebesar Rp 5.000 per liter, dengan nilai rasio sebesar 4%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa  untuk setiap Rp 100, nilai output akan memperoleh nilai tambah sebesar 4%. Adapun saran yang dapat diberikan untuk Purefresh yaitu sebaiknya melakukan analisis break even point (analisis pulang pokok) untuk mengetahui sampai di titik produksi berapa usaha Purefresh telah mengalami pengembalian modal atau total biaya yang dikorbankan sama dengan total penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan.

Kata Kunci : Nilai Tambah; Pasteurisasi; Susu Kambing

Abstract

The risk of bacterial contamination that easily occurs in fresh goat's milk is the main reason for Purefresh to carry out the processing. The processing process is also known to increase the added value of the product so that it has a higher selling value. However, Purefresh has not analyzed the added value so that it does not know how much use-value has been obtained from the processing that has been carried out on pasteurized goat milk. The purpose of the study was to analyze the added value of pasteurized milk products at UM Purefresh. The research method used purposive sampling. Research respondents are all employees at Purefresh. Methods of data collection using deep interviews (in-depth interviews) and observation. The data used are primary data and secondary data. The data analysis method used is the Hayami method. The results showed that the receipt of Purefresh in one week reached Rp. 1.350.000 for 5 to 6 production cycles. The added value obtained by Purefresh from processing fresh milk into pasteurized milk is Rp 5.000 per liter, with a ratio value of 4%. Thus it can be said that for every Rp 100, the value of the output will get an added value of 4%. The advice that can be given to Purefresh is that it is better to do a break-even point analysis to find out at what point of production Purefresh's business has experienced a return on capital or the total cost sacrificed is equal to the total revenue obtained from sales.

 

Keywords: Value Added; Pasteurized; Goat's Milk

Full Text:

PDF

References


Ardiansyah, R., Utami, H. D., & Nugroho, B. A. (2021). Value Added Analysis of Milk Processed Products in Wonosari District, Malang Regency. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis (JEPA), 5(1), 204–211.

BPS. (2021). Kabupaten Ciamis Dalam Angka 2021.

Bunte, F. (2006). Pricing and Performance in Agri-Food Supply Chains (First). LEI, Wageningen University and Research Centre.

Coltrain, D., Barton, D., & Boland, M. (2000). Value Added : Opportunities and Strategies. Food Marketing, June, 1–10.

Harjanto, E. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE.

Hayami et al. (1987). Agricultural Marketing and Processing in Upland Java; A Perspektif From A Sunda Village.

Hidayat, S., Marimin, Suryani, A., Sukardi, & Yani, M. (2012). Modifikasi Metode Hayami untuk Perhitungan Nilai Tambah pada Rantai Pasok Agroindustri Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 22(1), 22–31.

Jraisat. (2016). A network perspective and value-added tasks: the case of agri-food valuechain. Asia Pac J Market Log., 28(2), 350-365.

Kementan. (2019). Mengenal Susu Kambing Bagi Kesehatan. Http://Cybex.Pertanian.Go.Id/.

Li, W., & Yuanyuan, Z. (2005). A Game Analysis on Profit Distribution of Two-echelon Supply Chain with Principal and Subordinate. Jiangsu: School of Economics and Management Jiangsu University of Science & Technology.

Pamungkassari, A. R. (2018). Model Social Enterprises untuk Mitigasi Risiko dan Peningkatan Nilai Tambah pada Rantai Pasok Berkelanjutan Agroindustri Bawang Merah.

Rahman, S. (2015). Analisis Nilai Tambah Agroindustri Chips Jagung. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 4(3), 108–111. https://doi.org/10.17728/jatp.v4i3.136

Setiyowati, L. (2020). Rantai Pasok dan Nilai Tambah Susu Sapi Perah. Efficient: Indonesian Journal of Development …, 3(2), 780–798. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/efficient/article/view/39299

Sudiyono. (2001). Analisis Pemasaran. UMM Press.




DOI: https://doi.org/10.37058/jsppm.v7i2.3813

Refbacks

  • There are currently no refbacks.



Jurnal Pengabdian Siliwangi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Siliwangi
Jl. Siliwangi No.24 Kota Tasikmalaya
email: jsppm@unsil.ac.id

e-ISSN: 2477-6629 ; p-ISSN: 2615-4773

 

View My Stats