Pemberedelan Pers Pasca Peristiwa Malapetaka 15 Januari (MALARI) 1974

M. Rifki Jumat, Dede Wahyu Firdaus

Abstract


Abstrak
Di awal pemerintahan orde baru pers Indonesia merasakan kebebasan yang sangat besar. Setelah beberapa media pers yang sebelumnya diberedeli di pemerintahan Orde lama ini mendapatkan kebebasannya kembali. Hal ini sontak menjadi angin segar bagi Pers Indonesia. Dan mereka mengalami euforia pers di awal pemerintahan orde baru. Seiring berjalannya waktu euforia pers ini tidak dirasakan kembali, mengingat tahun-tahun selanjutnya ketika pemerintahan orde baru sudah kokoh, perlakuan pemerintah terhadap pers ikut berubah. Memasuki tahun 1970-an pers yang semakin kritis terhadap pemerintah satu persatu mulai diberedeli, dan puncak pemberedelan ini terjadi pasca terjadinya sebuah peristiwa besar di awal tahun 1974. Peristiwa demonstrasi besar-besaran terjadi di tanggal 15 Januari 1974. Demonstrasi yang dilakukan oleh golongan mahasiswa ini adalah demonstrasi untuk mengangkat isu terkait penanaman modal asing di Indonesia yang kian hari semakin banyak, terutama modal asing yang berasal dari Jepang. Aksi ini berakhir menimbulkan kerusuhan akibat adanya oknum lain yang ikut terjun melakukan aksi di waktu yang bersamaan. Pada akhirnya aksi demonstrasi ini menimbulkan huru-hara di daerah Jakarta, dalam peristiwa ini banyak pertokoan yang dibakar, penjarahan pertokoan, hingga pembakaran kendaraan seperti mobil dan motor yang merupakan produk Jepang. Peristiwa ini dikenal juga sebagai peristiwa Malari (malapetaka 15 Januari) 1974. Pers yang pada saat itu ikut mengkritik pemerintah terkait isu modal asing serta ikut menerbitkan berita terkait peristiwa ini juga terkena dampak dari peristiwa Malari ini. Setidaknya ada 12 media pers yang di bredeli pasca terjadinya peristiwa Malari.

Kata Kunci: Pers, Orde Baru, Malari


Abstract
At the beginning of the New Order government, the Indonesian press felt immense freedom. After several press media that were previously banned in the Old Order government got its freedom back. This suddenly became a breath of fresh air for the Indonesian press. And they experienced press euphoria at the beginning of the new order government. Over time, the euphoria of the press was not felt again, considering that in the years that followed, when the New Order government was solid, the government's treatment of the press also changed. Entering the 1970s, the press, which were increasingly critical of the government, began to be banned one by one, and the peak of this ban occurred after a major event occurred in early 1974. Massive demonstrations occurred on January 15, 1974. Demonstrations were carried out by this group of students. is a demonstration to raise issues related to foreign investment in Indonesia, which is increasing day by day, especially foreign capital originating from Japan. This action ended up causing a riot due to other elements who took part in the action at the same time. In the end, this demonstration caused riots in the Jakarta area, in this incident many shops were burned, and looted shops, to the burning of vehicles such as cars and motorbikes which were Japanese products. This incident is also known as the Malari incident (January 15 disaster) 1974. The press at that time participated in criticizing the government regarding the issue of foreign capital and in publishing news related to this incident, which was also affected by the Malari incident. At least 12 press media were banned after the Malari incident.

Keywords:  Press, New Order, Malari


Keywords


Pers; Orde Baru; Malari

Full Text:

PDF

References


Buku

Abar, A. Z. (1995). 1966-1974: Kisah Pers Indonesia. LKiS.

Hill, D. T. (2011). Pers di Masa Orde Baru. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Vickers, A. (2005). Sejarah Indonesia Modern. Insan Madani.

Jurnal

Andi Suwirta. (2018). Pers dan Kritik Sosial pada Masa Orde Baru : Peristiwa MALARI Tahun 1974 dalam pandangan Surat Kabar Merdeka dan Indonesia Raya di Jakarta. SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, 6(1), 73–98.

Dewi, A. R. M., & Ba’in. (2021). Pers dan Pemberitaan Sosial-Politik Orde Baru Dalam Sorotan Harian Sinar Harapan 1866-1986. Jurnal of Indonesian Histoory, 10(1), 24–32.

Imron, & Yunianto, S. T. (2016). Pemberedelan Pers Pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Relevansinya Bagi Mata Kuliah Sejarah Indonesia Mutakhir. Jurnal Candi, 13(1), 143–159.

Jazimah, I. (2013). MALARI : STUDI GERAKAN MAHASISWA MASA ORDE BARU. Jurnal Agastya, 03(01), 9–34.

Muniroh, S. (2018). Kritik Sosial Majalah Tempo Terhadap Kasus Kelangkaan Beras di Indonesia Tahun 1972-1973. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, 6(2), 324–333.

Padiarta, A. M. (2015). INTRODUCTION TO MALARI : DARI SITUASI, AKSI, HINGGA RUSUH PADA AWAL ORDE BARU 1970-1974. Jurnal Criksetra, 4(8), 103–119.

Rubba, R. M. (2020). Kedaulatan Rakyat 1974-1994. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, 9(1).

Triwardani, R. (2010). Pembreidelan Pers di Indonesia dalam Perpektif Politik Media. Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 7(2), 187–208.

Wirajati, Y. de B. (2018). Mahasiswa dan Malari : Telaah Perilaku Kolektif Mahasiswa Indonesia 1973-1974. Lensa Budaya, 13(2), 166–177.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


BIHARI is Indexed by

Indeks Google ScholarGaruda